"Rasanya aku sudah tidak sanggup mencintainya, mencintai orang yang tidak mencintaiku"
"Itu saja sudah membuatku tak sanggup, apalagi orang yang kamu cintai nyatanya tengah membara mencintai orang lain. Rasanya seperti sesak dan pilu setiap hari" ucapku pada seseorang kemudian menghembuskan nafas berat.
"Lantas apa yang ingin kamu lakukan?" tanyanya.
"Aku ingin berhenti mencintainya, tidak mau lagi. Menyakitkan ketika aku tau bahwa aku tak berarti di matanya" mataku mulai berkaca.
"Seseorang yang mencintaimu jelas tak akan membuatmu kecewa berulang, sedih berkelanjutan, menyakiti tanpa rasa. Ia tak akan membuatmu menunggu. Karena baginya kamu tujuan dari segala awal. Namun ketika kamu tau kamu sudah tak diinginkan lantas tak semudah itu berhenti mencintai bukan?" ujarnya.
"Kali ini aku ingin berhenti! Jelas aku bukan bahagianya, aku tak mau bersikap bodoh lagi! Aku berhak bahagia!" amarahku mulai tak bisa ku tahan.
"Kadang pertanyaan demi pertanyaan mengapa dia tidak mencintaimu tidak akan pernah menemukan jawaban. Kau hanya akan tersesat dengan pertanyaanmu sendiri. Meski kau telah berusaha segala hal yang ia suka, pintu hati akan tetap tertutup. Kau tetap akan terusir. Meskipun kau tau kau bukan bahagia, melihatnya bersama orang lain, terasa menyakitkan dan sesak nyatanya masih ada orang-orang yang masih tak mau pergi. Karena menunggu kadang terasa lebih mudah daripada harus memulai lagi"
Aku terdiam, tidak tau harus menjawab, dia bisa membaca semua isi pikiranku.
"Tapi kali ini aku ingin pergi, benar-benar ingin pergi. Tidak pernah ada dalam tujuan hidupku bahwa aku akan mencintai orang yang tidak mencintaiku, rasanya sesakit ini. Bagiku cinta harus memberi dan menerima. Harus berjuang bersama. Dan kali ini aku tidak berada di kondisi itu. Aku harus pergi" air mataku mulai jatuh tak ingin ku seka.
Ia menatap kedua bola mataku yang basah.
Senin, 22 Oktober 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar