-Surat Terbuka dari Adira Kepada Revan-
Aku sengaja menamainya sebagai surat terbuka karena siapapun bisa membacanya. Semoga kamu tidak keberatan. Aku menulis surat ini tidak ada maksut apapun, hanya ingin menghargai apa yg telah diperjuangkan bersama. Ya, aku tetap menghargaimu.
Teruntuk Revan, terimakasih selama ini sudah mewarnai sebagian dari hidupku. Memberi warna dan arti. Aku tau dan aku sadar, seberapa keras kita berjuang namun jika takdir tidak berpihak maka selama itu pula tidak akan berjodoh, berjodoh dalam takdir. Namun semoga saja kau tetap mengenangku, entah sebagai bagian yg untuh atau hanya kepingan saja.
Suatu saat ketika kesadaranmu sudah pulih. Kau akan terjebak dalam suatu keadaan yang sebetulnya pernah kau lalui tetapi kau malah kebingungan, dan keadaan itu pernah kau lalui bersamaku. Kamu akan tau bagaimana rasanya ingin menggapai sesuatu di sekitarmu, namu ia seperti terlampau jauh dari gapaianmu. Itu yg kurasakan saat kau perlahan meninggalkanku tanpa merasakan kehilangan, tanpa tau betapa aku kehilangan sosok mu selama ini, menyingkirkan kebiasaan demi kebiasaan yg nyatanya sudah menahun.
Simpel saja, ketika itu sudah terjadi yg kusadari bahwa perasaan kita tak lagi sama. Kau tak lagi mencintaiku, memupuskan harapan kemudian membangun mimpi baru. Aku tahu bahwa kita tidak bisa berkehendak terhadap hati kita sendiri, namun aku belajar bahwa setelah ini aku tidak akan menyakiti siapapun dengan alasan yang paling bisa dimengerti sekalipun. Karena bagaimanapun tidak ada yg baik-baik saja setelah perpisahan, itu aku. Kita memang tidak bisa menghadirkan cinta sepanjang waktu, namun kita memiliki komitmen. Entah memilih diperjuangkan atau dilepaskan. Karena dari komitmen tersebut kita bisa jatuh cinta kembali terhadap orang yg sama.
Baik tidaknya asalan yg menjadikan ada kemudian tiada kuyakini sebagai proses terbaik yg diberikan sang maha pencipta, perancang sebaik-baiknya skenario. Aku bersyukur, sangat-sangat bersyukur pada akhirnya aku bisa melepas luka lalu berangsur pulih meski membutuhkan waktu. Ku katakan sekali lagi aku ikhlas, jika memang pilihanmu saat ini dia yg lebih baik dariku, maka aku merasa sudah menjalankan tugasku sebagai orang yg pernah meletakkan begitu besar harapan dengan sebaik-baiknya. Kamu bukan untukku.
Aku sudah kualahan menemukan cara untuk melupakanmu dengan cepat, sepertimu. Yang kutemui adalah sesak, padahal yg perlu kulakukan hanyalah berdamai dengan diriku sendiri dan waktu. Saat ini aku menikmati semua perasaanku terhadapmu entah sebagai apapun, hingga akhirnya dia akan lenyap kemudian terganti. Aku tidak pernah membencimu, tidak bisa. Meski banyak hal yg sudah terjadi, kecewa, amarah, sedih. Aku sudah melakukan banyak cara untuk melakukan itu, berharap bahwa aku segera melupakanmu. Nyatanya? Seperti kataku tadi, aku kualahan.
Maaf jika terkadang namamu masih ku sebut dalam do'a setelah sholatku, percayalah aku tak pernah mendoakanmu macam-macam. Aku mendo'akan kebaikan hidupmu, mendoakan keistiqomahan ibadahmu. Karena puncak dari perasaanku adalah dengan mendoakanmu, mengadu pada sang maha membolak balikkan hati. Berharap Allah akan segera bosan dengan do'aku kemudian segera membalikkan hatiku hingga namamu tak akan pernah ku sebut lagi. Perasaanku murni tak meminta untuk saling memiliki. Semua yg aku tulis benar-benar tulus, tidak peduli kau akan tahu atau tidak. Kau akan peduli atau tidak. Sama sekali aku tidak ingin.
Kau masih ingat bahwa dulu aku pernah membacakan puisi tentang perjalanan jauh sebuah hubungan? kemudian kau paling angkuh untuk mempertahankan hingga kau yg mudah menggantikan. Tak apa jika kau lupa, mungkin ada juga satu sisi darimu yg tidak lagi ku ingat hingga kita saling melupakan.
Saat ini, saat menulis tulisan ini, aku sudah menjadi sosok yg lebih tegar dari hari kemarin, yg lebih ikhlas dari hari sebelumya. Kita berhak untuk bahagia bersama atau tidak. Apa yg menjadi milikku tidak akan pernah tertukar sejauh apapun itu, mungkin saja kita hanya memberi pelajaran berharga satu sama lain.
Terimakasih sudah menemani, dalam ingatanku kau tetap menjadi sosok yg menyenangkan sekaligus sosok yg paling kubanggakan dihari kemarin. Yg belum sempat kuceritakan betapa bangganya aku kepada kedua orangtuaku. Kita sudah memiliki jalan masing-masing. Kau pernah kuperjuangkan sama kerasnya seperti aku memperjuangkan cita-citaku saat ini, cita2 yg saat ini sedang ku jalani. Ketika Allah mengambil sesuatu berharga dari tangan kita percayalah, akan diganti dengan hal yg jauh lebih berharga namun jangan sampai menyia-nyiakan sesuatu yg berarti.
Mungkin setelah waktu berganti kisah, kita akan bertemu menjadi sosok baru, teman baru, tanpa pernah merasa memiliki karena itu jauh lebih baik.
Mungkin setelah waktu berganti kisah, kita akan bertemu menjadi sosok baru, teman baru, tanpa pernah merasa memiliki karena itu jauh lebih baik.
Ku akhiri.