Kamis, 12 Juli 2018

Surat Untuk Revan

-Surat Terbuka dari Adira Kepada Revan- 

Aku sengaja menamainya sebagai surat terbuka karena siapapun bisa membacanya. Semoga kamu tidak keberatan. Aku menulis surat ini tidak ada maksut apapun, hanya ingin menghargai apa yg telah diperjuangkan bersama. Ya, aku tetap menghargaimu. 


Teruntuk Revan, terimakasih selama ini sudah mewarnai sebagian dari hidupku. Memberi warna dan arti. Aku tau dan aku sadar, seberapa keras kita berjuang namun jika takdir tidak berpihak maka selama itu pula tidak akan berjodoh, berjodoh dalam takdir. Namun semoga saja kau tetap mengenangku, entah sebagai bagian yg untuh atau hanya kepingan saja. 

Suatu saat ketika kesadaranmu sudah pulih. Kau akan terjebak dalam suatu keadaan yang sebetulnya pernah kau lalui tetapi kau malah kebingungan, dan keadaan itu pernah kau lalui bersamaku. Kamu akan tau bagaimana rasanya ingin menggapai sesuatu di sekitarmu, namu ia seperti terlampau jauh dari gapaianmu. Itu yg kurasakan saat kau perlahan meninggalkanku tanpa merasakan kehilangan, tanpa tau betapa aku kehilangan sosok mu selama ini, menyingkirkan kebiasaan demi kebiasaan yg nyatanya sudah menahun.

Simpel saja, ketika itu sudah terjadi yg kusadari bahwa perasaan kita tak lagi sama. Kau tak lagi mencintaiku, memupuskan harapan kemudian membangun mimpi baru. Aku tahu bahwa kita tidak bisa berkehendak terhadap hati kita sendiri, namun aku belajar bahwa setelah ini aku tidak akan menyakiti siapapun dengan alasan yang paling bisa dimengerti sekalipun. Karena bagaimanapun tidak ada yg baik-baik saja setelah perpisahan, itu aku. Kita memang tidak bisa menghadirkan cinta sepanjang waktu, namun kita memiliki komitmen. Entah memilih diperjuangkan atau dilepaskan. Karena dari komitmen tersebut kita bisa jatuh cinta kembali terhadap orang yg sama.  

Baik tidaknya asalan yg menjadikan ada kemudian tiada kuyakini sebagai proses terbaik yg diberikan sang maha pencipta, perancang sebaik-baiknya skenario. Aku bersyukur, sangat-sangat bersyukur pada akhirnya aku bisa melepas luka lalu berangsur pulih meski membutuhkan waktu. Ku katakan sekali lagi aku ikhlas, jika memang pilihanmu saat ini dia yg lebih baik dariku, maka aku merasa sudah menjalankan tugasku sebagai orang yg pernah meletakkan begitu besar harapan dengan sebaik-baiknya. Kamu bukan untukku.

Aku sudah kualahan menemukan cara untuk melupakanmu dengan cepat, sepertimu. Yang kutemui adalah sesak, padahal yg perlu kulakukan hanyalah berdamai dengan diriku sendiri dan waktu. Saat ini aku menikmati semua perasaanku terhadapmu entah sebagai apapun, hingga akhirnya dia akan lenyap kemudian terganti. Aku tidak pernah membencimu, tidak bisa. Meski banyak hal yg sudah terjadi, kecewa, amarah, sedih. Aku sudah melakukan banyak cara untuk melakukan itu, berharap bahwa aku segera melupakanmu. Nyatanya? Seperti kataku tadi, aku kualahan. 

Maaf jika terkadang namamu masih ku sebut dalam do'a setelah sholatku, percayalah aku tak pernah mendoakanmu macam-macam. Aku mendo'akan kebaikan hidupmu, mendoakan keistiqomahan ibadahmu.  Karena puncak dari perasaanku adalah dengan mendoakanmu, mengadu pada sang maha membolak balikkan hati. Berharap Allah akan segera bosan dengan do'aku kemudian segera membalikkan hatiku hingga namamu tak akan pernah ku sebut lagi. Perasaanku murni tak meminta untuk saling memiliki. Semua yg aku tulis benar-benar tulus, tidak peduli kau akan tahu atau tidak. Kau akan peduli atau tidak. Sama sekali aku tidak ingin. 

Kau masih ingat bahwa dulu aku pernah membacakan puisi tentang perjalanan jauh sebuah hubungan? kemudian kau paling angkuh untuk mempertahankan hingga kau yg mudah menggantikan. Tak apa jika kau lupa, mungkin ada juga satu sisi darimu yg tidak lagi ku ingat hingga kita saling melupakan. 

Saat ini, saat menulis tulisan ini, aku sudah menjadi sosok yg lebih tegar dari hari kemarin, yg lebih ikhlas dari hari sebelumya. Kita berhak untuk bahagia bersama atau tidak. Apa yg menjadi milikku tidak akan pernah tertukar sejauh apapun itu, mungkin saja kita hanya memberi pelajaran berharga satu sama lain. 

Terimakasih sudah menemani, dalam ingatanku kau tetap menjadi sosok yg menyenangkan sekaligus sosok yg paling kubanggakan dihari kemarin. Yg belum sempat kuceritakan betapa bangganya aku kepada kedua orangtuaku. Kita sudah memiliki jalan masing-masing. Kau pernah kuperjuangkan sama kerasnya seperti aku memperjuangkan cita-citaku saat ini,  cita2 yg saat ini sedang ku jalani. Ketika Allah mengambil sesuatu berharga dari tangan kita percayalah, akan diganti dengan hal yg jauh lebih berharga namun jangan sampai menyia-nyiakan sesuatu yg berarti.

Mungkin setelah waktu berganti kisah, kita akan bertemu menjadi sosok baru, teman baru, tanpa pernah merasa memiliki karena itu jauh lebih baik.

Ku akhiri. 

Kamis, 05 Juli 2018

Revan dan Adira

Batas Waktu


     “Kayaknya ini cocok deh” ujarku sembari memoles lipstick berwarna pink nude di depan cermin. Kemudian berkacak pinggang, memastikan bahwa penampilanku malam ini sudah terlihat OK.
Tiba-tiba ponselku berdering di atas tempat tidur. Segera ku hampiri diikuti sesimpul senyum kemudian.

“Halo” ujarku
.
“Cepet berangkat, jemput” semburnya tiba-tiba. Perkenalkan dia Revan, temanku. Kalian pasti tau lah konotasi teman yg satu ini seperti apa, karena jujur aku tidak suka menyebutnya sebagai pacar. Geli tau hahaha.

“Hah jemput? Mana ada orang mau ngedate cewek jemput cowok” serangku tak mau kalah. Di rumah ngga ada kendaraan, dipakek semua” jawabnya dengan nada cengengesan.

“Iyadeh, untung ya aku baik hati” dalam hubungan kami, kami ngga pernah saling gengsi. Tidak ada secara terang-terangan mendominasi, artinya kita berusaha untuk saling seimbang dan melengkapi, tidak berat hati pula. Toh, aku melalukan sesuatu yg membuatku senang.

“Tapi aku ke apotik dulu ya” imbuhku.

“Kamu sakit?” nada bicaranya tiba-tiba berubah.

“Enggalah” jawabku santai.

“Terus?”

“Obatnya buat kamu” jawabku sembari memasukkan dompet ke dalam tas.

“Buat aku? Aku ngga sakit” jawabnya.

“Ini buat jaga-jaga aja, aku ngga mau kamu sakit kayak kemaren. Sendiri di rumah dan males buat keluar. Ujung-ujungan malah tambah parah. Apalagi hampir tiap bulan kamu flu dan batuk. Aku sampai hafal tiap suaramu beda, kamu pasti lagi flu atau batuk. Kamu sih kebanyakan begadang, ngerjain tugas di warung kopi” Aku ngerocos, saking hafal dengan kebiasaannya. Dia diam, tidak menjawab sepatah katapun.

“Udah ya, aku berangkat. Jangan cerewet!” godaku. “Eh kok mendung ya”

“Yaudah hati-hati di jalan jangan ngebut. Kalo hujan jangan pulang, berhenti terus minggir”

“Emang kenapa kalo pulang?” tanyaku.

“Nanti kita ngga jadi ketemu, kapan lagi ketemu aku”

“Keliatan banget pengen ketemu hahaha”

“Udah sana berangkat” ujarnya kemudian menutup telepon.

     Aku menutup telepon kemudian memandangi wallpaper handphoneku, diikuti sesimpul senyum. Padahal kita akan bertemu, tapi aku selalu suka berbincang dengannya, meskipun hal yg paling tidak penting sekalipun. Aku segera menyambar kunci motorku dan segera berangkat. Kemana-mana kami selalu naik motor dan itu menyenangkan. Satu hal yg paling aku suka, aku bisa melihat berbagai macam ekspresi wajahnya dari kaca spion secara diam-diam, ssttt jangan bilang dia ya.

     Seperti kataku tadi, tujuanku mampir ke apotik terlebih dahulu sebelum menjemputnya. Setelah membayar di kasir, ketika berada di tempat parkir, aku mendanga melihat langit.

“Mendung” aku merasakan tetesan air mengenai wajahku. Akhirnya aku memutuskan untuk berteduh terlebih dahulu di apotik karena cuaca tidak mendukung.

“Hujan, kali ini saja jangan lama-lama” aku menghembuskan nafas berat sembari menunggu hujan reda.Mengetuk-ngetukkan jari pada kursi, kakiku tidak mau diam, aku cemas. Tiba-tiba handphonku berdering.

“Halo, masih hujan” ujarku

“Iya, tunggu hujannya reda ya. Jangan hujan-hujan” katanya lembut.

“Iya” ujarku singkat.

“Yaudah nanti kabari lagi”

“iyaa, bentar lagi paling reda” Aku menutup pembicaraan kami. Menunggu sekitar 15 menit, setelah merasa cuaca mulai bersahabat kemudian segera menuju rumah Revan.

“Aku udah di depan, cepet keluar” segera ku klik tulisan kirim ke line Revan, dengan perasaan tidak sabar. Beberapa menit kemudian sosok cowok bertubuh lebih tinggi dariku, memakai kemeja biru tua bercorak dan sepatu senada berjalan menghampiriku. Dia tersenyum tipis melihatku, ah aku selalu suka itu. Aku berusaha tak membaas senyumnya, menyembunyikan di balik kaca helmku. 

“Mau kemana ini?” tanyanya sembari memakai helm.

“Katamu ke café biasa, tapi bosen. Aku tau café baru. Kayaknya suasananya enak deh. Yuk kesana” ajakku.

“Boleh” akhirnya kami berangkat.

Setelah sampai di café, kami segera memilih tempat duduk, memilih di ruangan terbuka dan memesan beberapa makanan. Aku menyodorkan buku menu kepada Revan. “Kamu pesen apa?” ujarku, dia malah balik bertanya. “Kamu duluan” jawabku.

“Hmmmm” Revan membolak balik menu-menu yg tersedia. “Cepet” ujarku menggoda.

“Nasi goreng enak ngga ya?” tanyanya padaku. Aku hanya menggeleng sembari menatapnya.

“Yaudah deh nasi goreng sama es teh” aku segera menulis pada secarik kertas. “Yakin es tehnya cuma satu? Ngga mau nambah?” aku menggodanya kembali. Bukan karena Revan suka es teh, tapi entah kenapa setiap memesan makanan dan minuman, minuman yg dipesan Revan akan habis terlebih dahulu dibanding makanan yg ia pesan dan itu selalu ku amati. Revan menggeleng, “nanti kan ada minummu” jawabnya. Aku menyipitkan mata sok sinis. Aku menulis pesanan Revan dan pesananku, roti bakar, kentang goreng dan milo es.

     Kami berbincang-bincang seru, diikuti cekikan tawa entah apa yg ditertawakan. Revan selalu tau bagaimana cara memilih topik pembicaraan kemudian disusul tawa. Aku tidak bisa menyembunyikan itu, terlebih di depan Revan. Sambil menunggu pesanan datang Revan membuka laptop miliknya. “Mau ngapain?” tanyaku. “Mau pindahin file” heran, kenapa ngga dirumah aja, batinku.

     Setelah makanan datang kami menikmati makanan terlebih dahulu, “Tuh kan minum mu cepat habis” omelku. Revan sedang memakan nasi goreng sembari memainkan handphone miliknya. Aku mengambil laptop Revan, memindahkan di depanku. Melihat isi flashdisknya, lalu membuka sebuah file.

“File apa ini?” tanyaku.

“Itu beberapa mata kuliah yg akan ku ambil di semester depan” di file itu tertera beberapa mata kuliah lengkap dengan nama-nama dosen. Aku iseng bertanya

“Kenapa kamu memilih dosen ini?” tanyaku kemudian menatapnya lekat-lekat.

“Karena dosennya cantik” ujar Revan. Aku tertawa. “Terus kenapa?” lanjutku.

“Soalnya dosen itu gampang ngasi nilai” aku tersenyum menahan tawa, aku tidak paham apa hubungan cantik dengan nilai. Tapi begitulah Revan kadang tidak jelas.

“Terus kenapa mata kuliah ini milih dosen ini” aku lanjut bertanya pada mata kuliah selanjutnya.

“Soalnya dosen itu sibuk” jawab Revan.

“Terus?”

“Biar tiap mata kuliah itu kosong” jawabnya enteng

“Hahaha” aku tertawa.

“Lalu kenapa dosen ini?” Aku terus menanyakan alasan dia memilih dosen.

“Soalnya dosen itu sudah tua” jawabnya sambil tertawa.

“Husss” aku menyenggol lengannya.

“Iya, biar ngga banyak tugas” aku tertawa melihat ekspresi Revan. “Kamu ini niat kuliah atau apa” ujarku.

     Tidak hanya itu, kami terus berbincang-bincang. Merencanakan jadwal-jadwal petemuan kita selanjutnya. Sebentar lagi sudah masuk kuliah, kami berdua bukan tipe yg sering bertemu karena kesibukan kami masing-masing, tetapi kami selalu mengusahakan waktu untuk bertemu.

     Malam itu aku berharap waktu akan berhenti seketika, aku ingin mendengarkan ocehan Revan lebih lama. Mendengar tawanya. Sehingga waktu tidak akan bertambah larut dan kami tidak terburu-buru untuk segera pulang. Tetapi aku juga ingin hari segera berganti  kemudian mewujudkan rencana jalan-jalan kita di banyak tempat. Mengambil momen untuk diabadikan.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 

     Aku tercengang tiba-tiba. Menghentikan jariku yg sedari tadi menari di atas keyboard tanpa bisa ku kendalikan. Ia menari bahagia. Aku menatap layar laptop dengan tatapan kosong. Kemudian menghembuskan nafas berat.

“Kamu salah memilih dosen. Bukan waktu luang yg kamu dapatkan. Tapi merenggut semuanya. Kita kalah dengan ego masing-masing. Membawa ego yg sudah membatu di kepada masing-masing”

Aku tersentak, mencoba mengendalikan pikiranku agar tidak tenggelam terhadap memoriku sendiri.

“Sudah ah. Aku ngantuk” tiba-tiba aku menggerutu sendiri. Segera mencari tulisan shut down pada layar laptop. Aku melirik jam dinding berwarna pink di atas cermin kamarku. Waktu menunjukkan pukul 23.00. Aku menutup laptop dan membereskan beberapa kertas di meja belajarku. Beranjak dari kursi, segera menuju tempat tidur. Terimakasih Revan sudah menghantarkan kantuk malam ini. Aku melimbunkan tubuhku di balik selimut. Selamat tidur, semoga kamu sudah tidur di sana. Kamarku gelap.


“Kita hanya sepasang jarak yang tidak menemukan kata pulang- Adira”

Selasa, 03 Juli 2018

Lika-Liku Mahasiswa Kedokteran



       Holaaa, welcome back to my blog! *nyambutnya ceria ala-ala vlog* Sesuai janjiku ke kalian, kali ini aku mau bahas mengenai lika-liku menjadi mahasiswa kedokteran, ini berdasarkan pengalaman pribadiku selama satu tahun nyemplung di FK. Yuk, cekidot .....

     Sebelum aku cerita gimana sih kegiatan mahasiswa kedokteran, aku mau cerita dulu perjalananku sebelumnya. Jadi dulu itu aku pernah ikut SNMPTN, biasalah anak SMA masa-masa labilnya milih univ, jelas lah waktu ngisi prodi SNM aku milih univ impianku, yang tiap sholat selalu ada di do’aku dan saking labilnya bukan labil sih saking pedenya aku cuma ngisi satu prodi di SNM yaitu pendidikan dokter di suatu univ, sebut aja univ X haha. Nah sambil nunggu pengumuman SNM, aku juga beberapa kali daftar PTS yang ada di daerah Surabaya dan Malang. Kenapa cuma 2 daerah itu karena alasan orang tuaku “ngga boleh jauh2 -_-“

       Mulai dari jalur rapor sampai jalur tes tulis. Sebelum pengumuman SNM, aku 2x coba daftar di PTS dengan prodi yg sama pend. Dokter dan sayangnya belum rezeki. Sampai tiba waktunya pengumuman SNM dan *jengjengjeng* aku harus menelan hasil yg sama, aku ditolak jalur SNM. Ngga cuma itu, aku tetep semangat daftar SBMPTN dengan prodi yang sama dan di univ X juga, saking pengennya sama si Univ X. Sambil nunggu pengumuman SBM *jujur aku pasrah sama SBM* aku coba ikut tes di PTS kali ini lebih gencar dari sebelum SNM. Setelah SNM, total aku pernah daftar 4 PTS, kenyataannya semua usahaku belum diijabah oleh Allah. Nangis? Jelas lah. Kecewa? Iyalah. Terlebih kecewa  sama diri sendiri, mengecewakan orang tua. Dimasa sulit kayak gitu Ayah yg selalu nemenin aku daftar PTS/PTN. Biasanya kemana-mana sama ibuk, kali ini ayah paling semangat. Rela jemput dari Madura-Jombang-Surabaya/Malang, rela kehilangan banyak biaya cuma buat mimpiku satu ini. Sampai-sampai ayahku buat sendiri daftar jadwal tes semua univ di daerah Jawa Timur.

       Sampai akhirnya tiba pengumuman SBM. Lagi-lagi tulisan “Maaf, bla-bla” rasanya ketolak univ itu lebih sakit daripada apapun. Waktu itu aku pernah ikut 2x bimbel. Petama, sebelum tes SBM kurang lebih 2-3 minggu di Surabaya dan satu lagi setelah pengumuman SBM, privat buat tes masuk FK selama 2 minggu di Malang. Bener-bener sendiri tiap hari sampek malem. Tapi aku percaya Allah itu maha baik, di saat itu bener-bener buat aku harus jadi sosok yg tegar apalagi lihat ayah ibuk. Jujur kalo ditanya, “Kalo ngga mau masuk FK mau masuk apa?” aku ngga tau harus jawab apa, bener-bener ngambang dan aku ngga pernah kepikiran untuk hal itu, ngga tau kenapa. Sampai akhirnya aku sampai di titik mempertanyakan hal itu kepada diriku sendiri. Ada 2 pilihan yg aku tujukan ke diriku sendiri. Pertama kalau kamu ngga masuk FK tahun ini kuliah jurusan lain dan tahun depan coba FK. Kedua, tahun ini kuliah beneran dan impianmu di FK harus pupus. Pilihan pertama, “Tapi aku mau kuliah apa?” Pilihan kedua serasa menyedihkan, dan yang terus terlintas di pikiranku yaitu pilihan kedua, impianku jadi dokter suatu saat nanti harus pupus. "Kenapa?" yg ada di pikiranku saat itu ya, kalau aku milih pilihan pertama, aku baru lulus FK itu usia 25 tahun. Padahal teman-temanku sudah kerja tanpa ngebebani SPP belasan juta ke orang tua. Waktu itu aku juga mikir 2 adikku yg selisihnya jauh dengan usiaku. Padahal orang tuaku ngga pernah ngungkit masalah biaya, bener-bener ngga pernah mempermasalahkan mau aku milih pilihan pertama mereka ngga akan keberatan, tapi aku merasa ada beban sendiri. Mungkin beberapa orang akan milih yg pertama tapi kondisiku saat itu, pikiranku saat itu aku lebih milih pilihan kedua, padahal aku juga ngga tau mau kuliah apa selain FK. Aku sadar kalau aku egois waktu itu. *Untuk opini ini tiap individu punya sudut pandang sendiri*. 

Tadi aku bilangkan kalau Allah itu Maha Baik, dan aku sudah menemukan jawabannya, tidak di keduanya* WELCOME TO THE JUNGLE YASMIN!! THIS IS YOUR DREAM!

       Nah, sampai juga di paragraf ini, terimakasih yg masih setia membaca hahaha. Jadi gimana sih perkuliahan di FK? Jadi di FK ini menggunakan sistem blok, gampangnya sudah dipaketkan. Kalian ngga perlu milih-milih kayak SKS, enaknya gitu. Di Unej, satu semester ada 3 blok dan satu blok ada 6 minggu. Setiap 6 minggu pula kalian harus ujian cbt dan praktikum ditambah ujian OSCE setiap satu semester, total ada 3 ujian. Tiap univ beda-beda ya, ada yg lebih banyak. Nah ini daftar blok yg harus kalian tempuh selama menjadi mahasiswa dan selama koas : 




        Selama seminggu, jadwal kuliah dari Senin – Jum’at selama lima hari itu kita disibukkan dengan kuliah, tutorial, praktikum dan skillab. Apasih itu? Nah kuliah itu ya seperti biasa, dengerin dokter menyampaikan materi. Kalau tutorial itu, jadi mahasiswa dikasi permasalahan dan mencari solusi dari permasalahan/kasus tersebut. Gini contohnya :

SKENARIO
Seorang pasien perempuan, 40 tahun, ibu rumah tangga, dibawa ke IGD dengan keluhan nyeri perut bagian tengah dan kanan atas, disertai rasa panas, mual, muntah dan demam. Nyeri dirasakan menjalar ke bagian bahu kanan dan nyeri perut bertambah jika pasien menarik nafas. Sejak 3 bulan yang lalu pasien mengeluh nyeri perut yang hilang timbul serta mual saat makan terutama makanan yang bersantan. Pada pemeriksaan pasien memiliki BB 85 kg dengan TB 160 cm serta pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien ikterik dan disertai nyerti tekan kuadaran kanan atas pada saat inspirasi dalam dan bising usus menurun. Dokter kemudian meminta pemeriksaan penunjang untuk menguatkan diagnosisnya. Hasil pemeriksaan darah lengkap menunjukkan adanya lekositosis. Pemeriksaan laboratorium yang lain menunjukkan adanya gangguan faal hati dan peningkatan aminotransferase serum.

     Dokter cuma memantau jalannya tutorial, apakah sudah berjalan sesuai koridor atau tidak. Kita harus membahas tuntas, mulai dari kenapa sih pasiennya kok bisa gitu? Bagian mana yg terganggu? Terus obatnya apa? Tatalaksananya seperti apa? Ngga cuma itu, kita harus belajar secara lengkap mulai dari anatomi, fisiologi, patofisiologi dln pada gangguan yg dialami pasien, kurang lebih seperti itu. Setelah itu ada praktikum, praktikum ini seperti praktikum waktu SMA ngga jauh beda pelaksanaannya tapi materinya jelas beda. Setelah itu ada skillab atau OSCE. Osce ini kita belajar melatih skill kita seolah-olah kita berhadapan langsung dengan pasien. Teorinya kita dapatkan di kuliah dan tutorial dan praktiknya kita belajar di Osce ini. Kita belajar ngga di ruang kelas tapi belajar di ruangan yg sudah didisain seperti ruang praktik. Ada meja kursi dokter, tempat tidur pasien, stetoskop dln sesuai kebutuhan materi yg dipelajari saat itu. Biasanya aku kuliah sampai sore, kadang sampai jam 14.30 tapi berhubung ada aja entah ngerjain laporan praktikum atau urusan lain bisa sampai pukul 16.00 atau bisa sampai malam. Biasanya kita kuliah di kampus tapi kalau dokternya ngga sempat ke kampus akhirnya kita kuliah di RS deh *sambil berdoa ketemu mas-mbak koas hahaha*

      Bagi kalian yg ngebet banget masuk FK dimantepin lagi niatnya. Fk itu tidak sekeren apa yg kalian bayangin waktu SMA, bener-bener beda jauh. Sekali kalian tersesat di sini kalian ngga bisa balik pulang, ya mau ngga mau di hadapi semua resiko sampai kalian dapat gelar “dr” 6 tahun kemudian. “Wah, mahasiswa FK. Keren ya” sama sekali ngga segampang dan semudah itu. Kalian harus rela buat belajar tanpa kenal waktu, harus merelakan waktu jalan-jalan ke Mall, nongkrong atau yg lainnya. Jauh sebelum disini, aku sudah mikir dan menerima semua konsekuensi apapun yg akan aku hadapi. Kalian harus rela kuliah sampai sore, malamnya belajar buat tutorial besok. Paginya harus rela belajar lagi entah yg semalem belum selesai belajar atau buat pretes dan sebagainya. Kalian akan bertemu dengan temen-temen yg kalo ditanya, sudah belajar? Belum. Jangan pernah percaya HAHAHA. Beda cerita lagi kalau belum cari materi, ketiduran besoknya bingung dan menyesal. Jadi dalam satu blok, contohnya nih kalian belajar Abdomen nah ya kalian harus menguasai dari segi anatomi, fisiologi, patofisiologi, histologi dln dalam 6 minggu, diakhir ada ujian CBT minimal 100 soal dan ujian praktikum dengan banyak soal. Semua yg kalian pelajari selama 6 minggu diuji dalam 2 hari (sehari cbt dan sehari ujian praktikum).

    Tapi disini pula kalian akan bertemu dokter keren-keren yang ilmunya buanyaak buanget. Ini kesempatan kalian buat dapet ilmu sebanyak-banyaknya apalagi tutorial dan Osce. Selain itu masa pendidikan kalian juga lebih lama dari temen-temen kalian. 3,5 masa preklinik dan 1,5 koas + interenship 1 tahun = 6 tahun. Ini masih dokter umum ya, kalo mau spesialis beda lagi, sekolah spesialis ngga cuma satu dua tahun ya, bisa sampai 4-6 tahun tergantung spesialis yg diambil. Jadi seperti ini alurnya : *Please ngga usah cari tulisan nikah ya Percayalah dibalik usaha yg luar biasa ada hasil yg ngga kalah luar biasa juga*




      Intinya, mantepin lagi tekat kalian buat masuk di FK. Entah tulisanku ini semakin membuat kalian semangat atau sebaliknya. Jangan sampai setelah kalian disini malah membuat kalian merasa salah masuk jurusan atau yg lain. Jadi seperti ini dulu ceritaku, semoga memberikan kalian gambaran dan bagi yg mau masuk FK semoga tulisanku ini bermanfaat. Ini cuma secuil cerita dan masih banyak hal lain yg harus dicoba sendiri. See you! Jangan lupa klik subscribe eh ada ngga ya ehehehe klik tulisan follow atau pengikut di bogku. Terimakasih.


“Keep learning, if you stop today, think about how many life you  wouldn’t save  tomorrow-medstories”




Senin, 02 Juli 2018

Welcome To My Blog



Holaaaaa! Welcome to my blog. Setelah sekian lama vakum dari dunia tulis-menulis, akhirnya malam ini bisa rilis blog baru. Sebenernya bingung mau nulis apa, saking lamanya ngga nulis *tiba-tiba bengong sendiri* waktu itu terakhir nulis kelas 12 SMA, setelah itu fokus daftar PTN/PTS dan parahnya setelah masuk FK menyita banyak waktu. Dari dulu nunggu momen yang tepat buat kembali nulis secara produktif dan baru terlaksana liburan semester ini (baru mulai lebih tepatnya). Semoga tetap bisa produktif meskipun jadwal kuliah padat merayap. Ohya, aku juga bingung mau ngasi nama apa buat blogku :"

Dulu aku pernah punya blog tapi berhubung lama ngga keurus akhirnya aku memutuskan untuk buat blog baru, cari suasana baru, buka lembaran baru *ceilah, bisa klik link ini hehe : http://yasminauralia.blogspot.com/ 

Di blog baruku ini, aku pengen lebih banyak bercerita tentang kehidupanku, pengalamanku selama kuliah, opini2 atau sekedar curhatan ngga jelas. Karena yang dibutuhkan dari menulis itu ya hanya berani memulai untuk menulis, menulis dengan berani dan jujur. Sesekali juga diisi sama puisi atau cerpen, mungkin di blogku dulu lebih banyak puisi sama cerpen, maklum jaman SMA. Sekarang pengen punya karya yang lebih bermakna, lebih punya arti buat pembaca. Setiap tulisan memiliki pesan, tergantung penulis mau mengemas semenarik mungkin agar sampai ke pembaca. Tapi ngga tau juga kalo nanti tetap lebih banyak cerpen dan puisi haha yang terpenting bisa nulis, menyampaikan isi hati. Bagi mereka yang suka nulis, ketika suatu yang memang tidak bisa diungkapkan maka menulis bisa menjadi cara terbebas untuk mengungkapkan apapun. Paling muluk, apa yg aku tulis bisa bermanfaat dan menginspirasi orang lain :) dan akhirnya bisa dikenang dengan indah.  

Di halamanku ini aku ingin menulis sebebas-bebasnya (ngga perlu mikir omongan netizen, jangan sampai netizen malah menghambat keinginanmu untuk berkarya). Semua yang ku tulis di sini tidak selamanya fiktif, namun tidak selamanya pula nyata. Tidak melulu mengenai aku, kamu, kita, mereka. karena berkarya itu bebas. Semoga dengan rilisnya blog baru, akan mengerakkan hatiku untuk menulis novel kedua Hahaha.  

Sudah ya, sudah ngantuk hehehe. Selamat tenggelam dalam imajinasimu sendiri, selamat menjadi pembaca setia, tapi jangan sampai jatuh cinta. Byeeee.

Ohya, dalam waktu dekat aku mau cerita kehidupanku selama satu tahun jadi mahasiswa kedokteran. Jadi tetep stay tuned yaaa. . . . 

 

Yasmin Auralia Putri Template by Ipietoon Cute Blog Design